Jika sanak Bloggers, berkesempatan berkunjung ke Bukitinggi, jangan lupa untuk mengunjungi Masjid Bingkudu Canduang, Kabupaten Agam. Masjid ini merupakan salah satu bagian dari beberapa masjid tua di Sumatera Barat yang masih mempertahankan ciri khasnya.
Mesjid Bingkudu ini memang eksotik. Seperti yang telah penulis jelaskan diatas, masjid ini tetap mempertahankan ciri khas arsitektur mesjid tradisional Minangkabau yang berupa atap balenggek atau bertingkat-tingkat. Jadi, tidak memakai kubah seperti mesjid lain. Pengaruh arab baru datang dengan berdirinya sebuah minaret atau menara besar di depan mesjid. Namun demikian mereka tetap terlihat menyatu.
Masjid Bingkudu, menurut informan didirikan oleh kaum Padri di tengah kecamuk perang Padri di Sumatera Barat pada tahun 1823. Saat mulai didirikan, bangunan masjid ini terbuat dari bahan kayu, mulai dari lantai, tiang, hingga dinding masjid.
Saat ini, selain digunakan sebagai aktifitas ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai sarana pendidikan mengaji kitab kuning.
Selain keasliannya yang tetap terjaga, arsitektur pada masjid Bingkudu juga sangat mudah untuk dikenali, terutama pada bentuk atap yang terdiri dari 3 tingkatan dengan sedikit cekungan. Saat mulai didirikan, masjid Bingkudu memakai sistem pasak, yaitu pola bangunan yang tidak menggunakan paku pada setiap sambungan kayu.Bangunan masjid yang terletak di kaki gunung Marapi pada ketinggian 1.050 m di atas permukaan laut ini, dibangun di sebidang tanah seluas 60 x 60 meter persegi, dengan luas bangunan 21 x 21 meter. Sedangkan tinggi bangunan dari permukaan tanah sampai ke puncak (atap) adalah sekitar 19 meter.
Masjid ini memiliki konstruksi bangunan yang terbuat dari kayu dengan tatanan atap bertingkat 3 berbahan ijuk. Seperti halnya Rumah Gadang, bangunan masjid ini memiliki kandang atau kolong setinggi 1,5 meter. Menarik, bukan???