BLOGGERS, malam ini saya mengajak anda untuk mengarungi ruang waktu masa lampau. Tepatnya, kita akan mengunjungi RRI Padang. Studi RRI Padang dan perlengkapannya, menurut Kementerian Penerangan terletak di Sawahan Padang.
Sebelumnya studio ini pernah dibangun oleh pemerintah pendudukan Jepang dan ketika Belanda menguasai Kota Padang diselenggarakan oleh Dienst Leger Contacten dengan propaganda siaran yang bertajuk Strijdkrachten Programma.
Ketika terjadinya proses serah terima dari pemerintah Belanda, seluruh radio berada dalam penilikan Kementerian Penerangan RIS, maka Radio Padang langsung menjadi Cabang RRIS (Radio Republik Indonesia Serikat) yang berpusat di Jakarta.
Pada masa itu, perlengkapan studio dan pegawai bisa dikatakan mencukupi. Studio Radio Padang hanya memerlukan tenaga pimpinan saja yang didatangkan dari luar, yakni M. Arief (asal Bukittinggi) sebagai kepala Studio.
Di antara program siaran RRI Padang yang urgen pada masa itu adalah menyiarkan pengumuman pemerintah, baik pusat, daerah, maupun berita luar negeri, yang diselingi dengan musik dan kesenian-kesenian daerah.
Pada saat pengakuan kedaulatan, RRI Padang mempergunakan sebuah pemancar dengan kekuatan 0,25 Kv dengan radius gelombang 91 mHz. Beberapa bulan kemudian ditambah dengan sebuah pemancar dengan kekuatan 0,25 Kw juga memakai gelombang 129 mHz.
Pada akhir Desember 1951 gelombang 41 m ditukar menjadi 75,76 mHz, sehingga sampai tahun 1953 dua pemancar RRI Padang sudah memiliki 129,2 mHz untuk Kota dan 75,76 mHz untuk Propinsi Sumatra Tengah. Beberapa alat dalam penyiaran berita juga sudah dilengkapi pada masa itu, antara lain: loudspeaker, magnetafoon, presto snijapparaat, dan lain-lain. Studio RRI Padang diresmikan pembukaannya pada tanggal 18 Mei 1952 oleh Wakil Presiden Moh. Hatta. Semoga sekelumit informasi ini mampu menambah informasi dan pengetahuan Bloggers